Kelahiran dan Masa Kecil Ibu Fatmawati Soekarno
Bengkulu,
Fatmawati,
Fatmawati Soekarno,
Komunitas Perempuan,
Lifestyle,
Organisasi Perempuan,
Pahlawan Bengkulu,
Pahlawan Nasional,
Pendidikan,
Pengetahuan,
Perempuan Inspiratif,
Sejarah,
Tokoh Nasional
Edit
Assalammualaikum.Wr.Wb
Dear apa kabar Emak Cantik
Kali ini Emak Cantik akan bercerita tentang ibu Fatmawati Soekarno.
Sengaja tulisan ini akan saya buat dalam beberapa postingan. Dalam satu postingan,
hanya akan memuat cerita dalam 500 hingga 1000 kata saja. Tujuannya agar para
emak akan sering main dan baca blog ini. Tapi sebenarnya tujuan awalnya sih,
supaya para emak lebih paham mengenai sejarah tentang Ibu Fatmawati. Kalo
ditulis dalam postingan singkat. In sya Allah akan lebih paham dan mudah
diingat. Betul begitu?
Tulisan ini saya ambil, dari buku Fatmawati, Catatan Kecil
Bersama Bung Karno. Yang diterbitkan oleh Yayasan Bung Karno.
Jadi tulisan di blog ini mungkin hanya akan memindahkan isi
buku ke dalam postingan singkat blog. Tidak menambahkan opini saya. Hal ini
untuk tujuan, agar cerita sejarah tersebut memang murni dan tidak ada yang
ditutup-tutupi.
Dengan alasan ini juga Emak cantik, ingin menuliskan cerita tentang Ibu Fatmawati, meski hanya dnegan sumber yamg terbatas. Sebab anak cucu kita pun harus tahu mengenai hal ini. Ibu Fatmawati tidak hanya sebagai istri Bung Karno, penjahit merah putih atau sebagai pahlawan Nasional. Tapi beliau juga inspirasi bagi para Emak-emak.
Masa Kecil Ibu Fatmawati
Pada tanggal 5 Februari 2019, hari senin. Jam 12 siang, aku
dilahirkan ke dunia. Sebagai anak pertama dalam keluarga suami-istri bapak
Hasan Din dan Siti Chadijah di kota Bengkulu, Bengkulu Selatan.
Di dalam buku ini, ibu Fatmawati menuliskan kota Bengkulu,
merupakan Sumatera Selatan. Hal ini adalah benar, sebab dulu Bengkulu merupakan
salah satu wilayah yang menjadi bagian dari provinsi Sumatera Selatan.
Kemudian pada 18 November 1968 memisahkan diri dan berdiri sendiri
menjadi sebuah provinsi ke 26.
Ayah mengambil Siti Chadijag sebagai istri setahun
sebelumnya,dengan restu dan pilihan keluarganya, sesuai dengan adat yang
berlaku pada waktu itu.
Pada saat aku lahir ayah menjadi pegawai perusahaan Belanda,
salah satu dari big five (lima besar) modal Belanda., yaitu perusahaan Borsumy
(Singkatan Bari nama Belandanya : Borneo-Sumatera Maatschappi) yang berdagang
di seluruh kepulauan Hindia –Belanda (nama Indonesia pada zaman penjajahan) dan
mempunyai cabangnya di kota Bengkulu, yang menajdi ibukota dan pelabuhan
keresidenan Bengkulu, Provinsi Sumatera.
Bengkulu adalah pelabuhan tempat eksport hasil hutan dan
hasil perkebunan dari daerah pedalaman. Pelabuhannya tidak ada berdemag. Jadi
kapal-kapal yang singgah sekali seminggu pada zaman itu, tidak dapat merapat ke
pantai.
Penumpang dan barang-barang, diangkut dengan perahu-perahu
dari darat ke kapal dan sebaliknya melalui gelombang-gelombang dan arus besar Samudera
Indonesia yang menghempas dahsyat ke pantai Sumatera terutama di musim kemarau.
Kota Bengkulu hanya punya satu jalanraya bernama Marlborough
disebut Malro oleh penduduk, yang membujur sepanjang pantai. Nama itu diberikan
pada zaman kekuasaan sementara dari kerajaan Inggris di tahun 1818, ketika Sir
Stamford Raffles sebagai Gubernur Jendral Inggris unuk Timur. Sebelum akhirnya
memilih Singapura sebagai pangkalan, ketika terjadi timbang terima ‘daerah
jajahan’ antara Belanda dan Inggris pada tahun 1819.
Cerita Ibunda Fatmawati, Saat Melahirkan
Waktu akan melahirkan, tiada terhingga penderitaannya karena
menanggung sakit yang bukan kepalang. Ibu sampai menjerit-jerit untuk mengatasi
rasa sakat dan berteriak, “Aku tak mau punya anak lagi”
Tapi dengan bantuan seorang dukun yang tinggal satu kampong,
selamatlah ibuku menghadapi saat yang menentukan antara hidup dan mati itu.
Tidak heran, bagi seorang ibu yang sedang melahirkan,
nyawalah taruhannya seperti bagi seorang laki-laki yang pergi ke medan perang.
Masa Kecil Ibu Fatmawati (1923-1930)
Masa tahun ini, sedang diliputi suasana tanah air sedang
berada dalam masa Pergerakan Nasional yang nantinya ternyata akan menentukan
arah sejarah.
Oleh karena itu, Ayah tak mau ketinggalan turut serta
menyumbangkan tenaga dan pikiran, dengan memilih wadah Perserikatan
Muhammadiyah.
Setelah aku lahir, orang tua menyediakan aku dua nama.
Pertama nama FATMAWATI yang artinya bunga Teratai (lotus)
sedangkan nama kedua adalah SITI JUBAIDAH yang diambil dari nama salah satu
istri nabi.
Nama Fatmawati dan Siti Jubaidah ditulis di atas dua potong
kertas kecil setelah itu digulung kemudian diundi. Ternyata pilihan jatuh pada kertas
yang bertuliskan nama Fatmawati. Itulah nama yang dipakai sebagai pemberian
dari kedua orangtuaku.
Rahmad Tuhan telah dilimpahkan kepada keluarga yang tinggal
di sebuah rumah bergandeng di Pasar Malro Kota Bengkulu . Dengan kehadiran aku,
makin kuatlah ikatan cinta antara Ayahku Hasan Din dengan Ibuku Siti
Chadijah. Tentu saja kehadiranku juga
disambut dengan senang hati oleh Datuk di sebelah ayahku yang bernama Basarudin,
oleh Nenekku di sebelah Ayah, yaitu Nisa. Serta Datukku di sebelah Ibuku yang
bernama Abdulgapur.
Panggilan aku di masa kecil ialah, Ma, jadi bukan Fat
seperti di kemudian hari.
Hari berganti hari, bulan berganti bulan , tahun berganti
tahun . Aku hidup dalam kedamaian dan kelembutan dari didikan dan ajaran islam
sesuai dengan aliran yang menajdi pegangan dari ayah dan ibuku.
Tapi ayahku sering dipanggil ke kantor polisi untuk dimintai
keterangan dan kadang-kadang ditahan di karena mengadakan rapat atau mengadakan
arak-arakan. Aku yang tentu saja sebagai anak tentu saja cemas dan gelisah.
Berbagai pertanyaan memenuhi benak otakku. Di mana Ayah? Apa
salahnya. Pertanyaan yang nanti setelah aku dewasa baru aku ketahui jawabannya.
Kalu ayah sedang dalam masa penahanan, aku hanya dapat menanggis karena tidak
tahu bagaimana aku dapat menolong ayahku tercinta. Berdoalah ibuku agar ayah
dalam tahanan dijauhkan dari siksa polisi Belanda.
Ayahku adalah seorang yang taat beragama. Berterima kasih
apabila mendapat rejeki atau syukur dalam hati jika mendapatkan anugerah apa
pun.
Jika akan memulai sesuatu pekerjaan selalu memohon
petunjuk-Nya agar dijauhkan dari godaan percobaan. Ayah pernah bercerita
padaku, pada malam pengantin, ayah berdoa dengan sebulat hati kepada Tuhan
“Ya Tuhan, hamba-Mu mengucapkan syukur kepada-Mu karena
Tuhan telah memberikan teman hidupku. Ya, Tuhan semoga dalam perkawinan kami
dianugerahi anak yang sholeh dan berbakti kepada bangsa dan Negara serta agama,
hamba rela anakku laki-laki atau perempuan untuk tidak berumur panjang”
Cerita Selesai Dulu
Nah, Emak Cantik ini cerita yang saya ulas mengenai
kelahiran ibu Fatmawati sampaibeliau berusia tujuh tahun dan masa kecilnya
dikota Bengkulu. Semoga cerita ini bisa memberikan emak inspirasi yah. Banyaks ekali
pelajaran yang bisa diambil dari cerita di atas.
Sampai jumpa di ulasan cerita lainnya tentang Ibu fatmawati
yah. Nanti akan saya coba baahs lagi tema-tema atau cerita lainnya mengenai Ibu
Fatmawati yang ingin kita ketahui lebih banyak lagi.
Cerita ini diikutsertakan dalam #nulisserempak bersama Blogger Bengkulu untuk mengenang 96 tahun ibu Fatmawati.
Salam
Pnsaran makk.. Ditunggu kelanjutannya..
BalasHapusIkut bangga aku mak. Sbg kader muhammadiyah..
BalasHapus